Total Tayangan Halaman

Selasa, 25 Januari 2011

dollar amerika banjiri pasar domestik

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat secara signifikan dalam sepekan terakhir antara lain dipicu oleh derasnya arus valuta asing (valas) yang masuk ke dalam pasar domestik.
Kamis (7/1), kurs rupiah terhadap dolar AS sempat menguat ke level Rp 9.200 per dolar AS meski kemudian pada sore harinya ditutup melemah tipis ke level Rp 9.228 per dolar AS.

Penjabat Sementara Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution membenarkan hal tersebut. Darmin menyebutkan, derasnya arus valas yang masuk tersebut terlihat jelas dalam dua atau tiga hari terakhir ini.

Namun dia menghimbau para pelaku pasar agar jernih dalam melihat fenomena tersebut karena tren itu dinilainya bukan sesuatu yang permanen.

"Sekarang (rupiah) memang sedang agak menguat, tetapi juga harus dilihat karena (ada valas) masuk, ya rupiah menguat. Nanti melemah sedikit, itu selalu naik-turunnya ada," ungkap Darmin di Jakarta, Kamis (7/1).

Sehari sebelumnya, tepatnya setelah rapat dewan gubernur BI, Darmin mengatakan arus valas yang masuk ke pasar domestik menguat tajam. "Kita terus pantau dari jam per jam. Kalau ada sesuatu, kita akan mengambil tindakan tapi sepanjang dalam wilayah yang bisa diterima," kata Darmin.

Darmin menduga, membanjirnya valas di pasar karena pelaku pasar mencoba memprediksi apa isi keputusan rapat dewan gubernur (RDG) BI sehari sebelumnya yang ternyata memilih mempertahankan suku bunga acuan BI rate tetap di level 6,5 persen. Para pelaku pasar kemudian mencoba berlomba masuk.

Selain itu, para pelaku pasar juga membandingkan dengan kebijakan suku bunga (rate policy) di Indonesia dengan di negara lain seperti Amerika Serikat (AS).
"Karena itu masuknya valas memang agak besar pada beberapa hari terakhir. Itu sentimen pasar yang lebih banyak mempengaruhi ekspektasi mereka. Bagaimana pun juga, jika melihat indikasi pada surat-surat berharga mereka akan mudah melihat indikasi kebijakan suku bunga kita berapa," papar dia.

Darmin menyebutkan, ke depan, pergerakan kurs rupiah seharusnya tidak secepat dua atau tiga hari terakhir ini sehingga tidak mengguncang kinerja pengusaha eksportir dan importir nasional. "Harusnya ini tidak berpengaruh banyak karena (penguatan rupiah) sifatnya hanya sementara," jelas Darmin. (Persda Network/aco)


Perbanas: Bunga Kredit Perbankan Sudah Rendah

PENURUNAN suku bunga acuan BI rate terbukti kurang mempan mendorong perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit. Alasannya, meski suku bunga BI rate turun, bank masih tetap harus menanggung aneka biaya operasional seperti biaya listrik, transaportasi, dan sebagainya.

Ketua Umum Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono di Jakarta, Kamis (7/1) berkilah, suku bunga kredit perbankan saat ini sebenarnya sudah rendah, sementara biaya lain untuk operasional  yang ditanggung perbankan masih tetap tinggi.

Tinjauan kebijakan moneter Bank Indonesia terbaru yang dipublikasikan di Jakarta menyebutkan, penurunan BI rate belum berpengaruh signifikan terhadap laju penurunan suku bunga kredit.  Selama tahun 2009 BI rate telah diturunkan sebesar 275 basis poin (bps).

Namun suku bunga kredit perbankan secara rata-rata hanya menurun 85 bps. Ternyata penurunan BI rate tidak mempan untuk bisa menurunkan suku bunga kredit.

Namun Sigit mengakui, suku bunga deposito saat ini juga masih tergolong tinggi. Jika bunga deposito masih tinggi maka bunga kredit juga akan susah turun. "Tapi kami optimistis pertumbuhan kredit tahun ini bisa tumbuh 22-24 persen atau harus empat kali lipatnya dari pertumbuhan ekonomi," tegas Sigit Pramono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar